Sabtu, 18 Februari 2012

layang layang cemburu

“Aku ingin terbang bebas seperti elang,” katamu sambil menengadah ke udara. Tak ada apa-apa di sana, selain awan setipis kapas.”Klise,” saya mencibir. Ah, kamu sama seperti yang lain, berpikir bahwa kebebasan adalah cara untuk menempuh kebahagiaan.”Kenapa?” tanyamu dengan tatapan menyipit.
Menggeleng, saya mencoba mengalihkan pembicaraan. “Omong-omong, mantan pacar kamu lucu juga. Kenapa putus? Berapa lama pacaran? Kayaknya, dia masih sayang, masih nyimpen cinta buat kamu, buat kalian.”
Jawabanmu berupa ledakan tawa. Menggema hingga ke dalam lorong di kepala saya. Tawa yang lama-lama memberi dampak berupa….
“Ya, saya cemburu!”
Tawamu semakin membahana. Membuat saya menyesali kepolosan bibir saya.

“Kenapa cemburu?”
“Karena saya ingin cemburu. Udah lama ngga cemburu.”
Kamu berjengit, “Cemburu kan ngga enak. Bikin cape hati. Menguras energi.”
“Cemburu itu seperti rasa kenyang sekaligus lapar yang diderita pengidap maag. Alasan yang cukup masuk akal untuk mengundang perhatian orang yang kita curigai menaruh perhatian pada kita.”
Kali ini kamu hanya tersenyum. Meneguk airminum, lantas kembali tersenyum.
“Kenapa senyam-senyum?”
“Pengen aja. Udah lama ngga senyam-senyum.”
Saya protes, “Lebay! Dari tadi ketawa dan senyam-senyum ngga keruan juga!”
“Masa? Ah, sang waktu kehilangan eksistensi di duniaku sejak aku kenal kamu.”
“Berarti, kamu bisa jawab berapa lama kalian pacaran.”
“Kamu sungguh ingin tau?”
“Ya.”
“Kurang lebih lima ratus hari,” kamu tersenyum lagi.
“Wow, angka yang fantastis! Berarti, selama itu, udah banyak hal yang terjadi, chemistry yang terjalin, kenangan yang terbingkai, dan semua yang sulit dilupakan.”
“Sangat tepat!”
“Oh, saya semakin cemburu.”
Kamu tertawa lagi. Dan baru saya sadari, matamu tak hanya menyipit, melainkan menyatu dalam garis. Ah, Cinaku.
“Kamu memang lucu. Aku senang, kamu cemburu.”
Kamu juga lucu, Cinaku. Saya senang, kamu membuat saya cemburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar